Senin, 27 Mei 2013

Interaksi Edukatif Dalam Proses Pembelajaran



Interaksi Edukatif Dalam Proses Pembelajaran


A.    Dasar-dasar Pembelajaran dan Interaksi Edukatif dalam Proses Pembelajaran
            Dasar-dasar interaksi belajar yang dimaksud, yaitu hal-hal mendasar yang mesti diperhatikan dan menjadi pertimbangan, dalam rangka melakukan interaksi dalam pembelajaran 

Interaksi bersifat edukatif
            Suatu interaksi dikatakan memiliki sifat edukatif bukan semata ditentukan oleh bentuknya melainkan oleh tujuan interaksi itu sendiri. “Interaksi dikatakan sebagai interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya”.

Interaksi menghasilkan perubahan tingkah laku
      Dalam interaksi harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar, dimana siswa sebagai subjek belajar. Siswalah yang terutama menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dalam interaksi

Peran guru dalam proses interaksi belajar mengajar
            Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar, akan menjamin tercapainya tujuan interaksi belajar mengajar. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar antara lain: sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, organisatoris, dan sebagai sumber.

Interaksi sebagai proses belajar mengajar
            Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar, proses belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan, dua hal yang menyatukannya adalah interaksi tersebut. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
            R. Ibrahim mengemukakan bahwa Dalam interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh mempengaruhi bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Pengaruh mempengaruhi tersebut tergantung pada strategi ataupun metode serta pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar seperti apabila guru mengajar dengan menggunakan strategi atau pendekatan exposition peranan lebih aktif dimainkan oleh guru sedang siswa peranannya lebih pasif. Interaksi dalam hal ini hanya terjadi antara guru dan siswa, sedangkan proses belajar mengajar yang mengaktifkan siswa seperti belajar inkuiri, pemecahan masalah, dan lain-lain, siswa berperan lebih aktif. Sehingga dalam hal ini siswa sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya dengan guru tetapi dengan manusia-manusia sumber yang lain.

Interaksi belajar membutuhkan sarana
            Di dalam interaksi belajar mengajar, harus mempertimbangkan alat, sarana dan media yang akan digunakan. Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini alat utama yang dipakai dalam interaksi belajar mengajar memegang peranan penting . Media apa yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar tersebut, untuk menciptakan situasi kondisi interaksi belajar mengajar yang tepat kita harus melihat media apa yang ada dan dapat digunakan serta tepat dalam menunjang tercapainya tujuan secara efektif dan efisien
Bila semua dasar-dasar interaksi belajar mengajar tersebut telah diperhitungkan dalam mendasari pengajaran, maka diharapkan kegiatan dalam interaksi belajar mengajar dapat berhasil.
            Interaksi  edukatif sebenarnya  komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni untuk mencapai pengertian bersamaan yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
            Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke dewasaan anak didik. Pestalozzi mengatakan bahwa makna dan tujuan pendidikan itu adalah Hifle Zur Selbshilfe, artinya pertolongan untuk pertolongan diri.
            Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar/siswa di dalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
            Guru dibutuhkan untuk membimbing, memberi bekal yang berguna. Ia sebagai guru harus dapat memberikan sesuatu secara dikdatis, dengan tugasnya menciptakan situasi interkasi edukatif. Guru tidak cukup hanya mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan dijabarkan dan diajarkan pada siswa, tetapi juga harus mengetahui dasar filosofis dan diktatisnya, sehingga tetapi juga harus mengetahui dasar filosofi dan dikdatisnya, sehingga mampu memberikan motivasi di dalam proses interaksi dengan anak didik. Dalam hal ini sekaligus harus memahami metodologinya.
Kemudian secara rinci dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :
1.      Ada tujuan yang ingin dicapai
2.      Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi
3.      Ada pelajaran yang aktif mengalami
4.      Ada guru yang melaksanakan
5.      Ada metode untuk mencapai tujuan
6.      Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.

Ada penilaian terhadap hasil interaksi.
            Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normative, karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran, norma hidup, kesusilaan yang semuanya merupakan summer norma di dalam pendidikan.
            Pendidikan dapat pula dirumuskan dari sudut proses teknis, yakni terutama dilihat dari segi peristiwanya. Peristiwa dalam hal ini merupakan suatu kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa dan terikat dalam satu situasi serta terarah pada satu tujuan. Peristiwa tersebut adalah satu rangkaian kegiatan komunikasi antarmanusia, rangkaian kegiatan yang pengaruh mempengaruhi. Satu rangkaian perubahan dan pertumbuhan intelek dan pertumbuhan sosial. Pendidikan merupakan himpunan cultural yang sangat kompleks yang dapat digunakan sebagai perencanaan kehidupan manusia.
            Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan  guru, dibutuhkan komponen-komponen pendukung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri interaksi edukatif.
Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :
  1. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. 
  2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
  3. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus 
  4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. 
  5. Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar. 
  6.  Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing 
  7. Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin 
  8. Ada batas waktu.
Dalam kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif  itu akan berlangsung dengan kegiatan interaksi belajar mengajar.
 
Komponen-Komponen Pengajaran
            Pengajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi :
1.      Tujuan pendidikan dan pengajaran
2.      Peserta didik atau siswa
3.      Tenaga kependidikan khususnya guru,
4.      Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5.      Strategi pembelajaran
6.      Evaluasi pengajaran.

Proses pengajaran ditandai oleh adanya interaksi antara komponen.
            Pendidikan adalahsuatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuiakan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat.
Nilai-nilai tujuan dalam pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran. 
  • Tujuan pendidikan memberian motivasi kepada guru dan siswa 
  • Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. 
  • Tujuan pendidikan penting  maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan 
  • Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/teknik penilaian guru terhadap hasil belajar siswa. 
  • Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat kita bagi menjadi empat tingkatan/jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu 
  • Tujuan pendidikan nasional 
  • Tujuan lembaga pendidikan 
  • Tujuan kurikuler 
  • Tujuan mengajar dan belajar
Tujuan Pendidikan nasional
            Tujuan pendidikan nasional adalah umum dari sistem pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan jangka panjang dan sangat luas dan menjadi pedoman dari semua kegiatan/usaha pendidikan di negara kita. Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam menentukan tujuan sekolah dan tujuan kurikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan nonformal. Dengan kata lain, tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman dari seluruh kegiatan dan lembaga pendidikan di negara kita.
            Dalam sistem pendidikan nasional (UU RI No. 2 tahun 1989) dikemukakan, bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (depdikbud, 1989).

Tujuan Lembaga Pendidikan
            Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang umum sekolah dasar hendaknya mencapai tujuan atau target sebagai berikut:
  1. Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar mengenal kewajiban dan haknya sebagai manusia Pancasila sesuai dengan maksud ketetapan MPRS. No. XXVII/66 dan perbuatan selarasa dengan pengetahuan dan pengertian itu 
  2. Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar memiliki salah satu keterampilan atau kecakapan khusus yang merupakan bekal hidupnya dalam masyarakat dan dengan demikian dapat berdiri sendiri dan menyumbangkan kecakapannya bagi pembinaan masyarakat adil dan makmur. 
  3. Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar, memiliki dasar ilmu pengetahuan yang kukuh dan keprigelan penggunaannya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Demikian setiap lembaga pendidikan memiliki tujuannya sendiri dan berbeda dengan tujuan lembaga pendidikan lainnya.

B.       Faktor-Faktor Interaksi
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah sebagai berikut.
  • Faktor tujuan 
  • Faktor bahan/materi/isi 
  • Faktor guru dan peserta didik 
  • Faktor metode 
  • Faktor situasi
Sebagaimana diketahui bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian
Kegiatan komunikasi antar subjek didik guru dan peserta didik. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya; tujuan, bahan, guru dan peserta didik, metode dan situasi, dan sebagainya. Namun penulis memandang bahwa kelima factor yang akan dijabarkan berikut ini merupakan faktor pokok dan penting untuk mendukung terjadinya peristiwa pengajaran yang dalamnya akan muncul suatu bentuk interaksi pengajaran yang edukatif sifatnya.

1.        Faktor Tujuan 
Terdapat beberapa istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus, baik yang bersifat akhir maupun terminal/intermedier/sementara.
Ada istilah aims dikonotasikan sebagai tujuan yang paling umum bersifat luas dan paling akhir. Aims sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan. Rumusan aims meliputi didalamnya 3 unsur pokok.
·         Pertanyaan umum mengenai nilai
·         Keamanan usaha diarahkan
·         Saran penyesuaian jika terdapat hal lain yang berubah.
John Dewey menyarankan, jika suatu aims dirumuskan maka ada tiga hal yang mesti diperhatikan
  • Faktor relevan dengan situasi 
  • Bersifat tentative, artinya harus fleksibel dan dapat di ubah sesuai perkembangan kebutuhan 
  • Hendaknya meningkatkan aktivitas-aktivitas
Goals, sebuah istilah yang lebih nyata dan sering disebut tujuan umum. Goals merupakan penjelasan yang lebih rinci yang berpijak dari dasar pemikiran utama aims. Dalam menetapkan rumusan tujuan khusus, maka kita berhubungan dengan dua hal yaitu “kesesuaian” dan “kegunaan” istilah “kesesuaian” menunjukan bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Sesuai pula dengan apa yang dikehendaki oleh tujuan yang ada di atas yaitu tujuan umum goals.
Tujuan pendidikan/pengajaran yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis :
  • Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan 
  • Tujuan efektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai, dan alasan 
  • Tujuan psikomotorik, tujuan yang berkaitan dengan keterampilann menggunakan telinga, tangan, mata, alat indra, dan sebagainya.
Tiga syarat utama untuk terwujudnya interaksi pengajaran yang edukatif, adalah:
  • Merumusakan tujuan, menyempitkan lapangan tujuan umum ke dalam bentuk yang tampak pada tingkah laku peserta didik; 
  • Mengkhususkan tujuan; 
  • Memfungsional tujuan, bahwa tujuan yang diharapkan nyata berguna bagi perkembangan peserta didik. 
2.        Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik/ takhasus atas ilmu kecakapan yang diajarkanya. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu , maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan di ajarkanya kedalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan. Penyusunan unsure-unsur atau informasi-informasi yang baik itu bukan saja untuk mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.
Isi bahan pengajaran itu luas sekali dan berbeda dalam tinggi rendah serta sukar mudahnya. Macamnya pun banyak. Karenanya , sebelum menentukan bahan study pengajaran yang akan di pelajari oleh peserta didik perlu di adakan pilihan terlebih dahulu. Pilihan itu biasanya berdasarkan pada pedoman –pedoman tertentu agar keseluruhan bahan yang telah di tentukan itu teratur dan mencerminkan suatu hal yang integral bagi hidup peserta didik selama di sekolah sekarang, dan sesudahnya. Yang menentukan pedoman tersebut ialah pihak Depdikbud.isi pedoman yang di maksud adalah di sekitar kesesuaian bahan pengajaran dengan tujuan institusional, tujuan kurukulum, tujuan pengajaran, serta tujuan pendidikan pada umumnya dan haluan Negara . selain itu , bahan pengajaran pula harus disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan, tahap perkembangan jiwa dan jasmani peserta didik serta kebutuhan-kebutuhan yang ada pada mereka.

3.        Faktor Guru Dan Peserta Didik
            Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam berinteraksi pengajaran. Guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk penyelenggaraan pengajaran, sedankan peserta didik sebagai pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan manfaat dari peritiwa belajar mengajar yang terjadi. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah di tentukan, sedang peserta didik ialah sebagai yang menuju pada arah tujuan melalui aktifitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru. Jadi kedua pihak ( guru dan peserta didik) menunjukan sebagai dua subjek pengajaran yang sama-sama menempati status yang penting.
      Kemudian untuk menjadikan perofesionaltas kerja guru setidaknya ia memiliki 4 bidang utama.
  • Guru harus mengenal setiap peserta didik yang dipercayakan kepadanya 
  • Guru harus memiliki kecakapan member bimbingan, sebab mengajar hakekatnya membimbing. 
  • Guru harus memiliki dasar penetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan / pengajaran 
  • Guru harus memiliki pengetahuan bulat dan baru mengenai ilmu yang di ajarkan.
Dalam rangka menemban tugas profesionalitas kepengajaranya oleh siti meichati, M.A, didasarkan agar” guru memberikan perhatian dan kesenangan kepada peserta didik untuk belajar dan mendorong mereka untuk berfikir, punya rasa simpati, jujur,adil, bersedia menyesuaikan diri dan memperhatikan orang lain ( peserta didik) menguasai bidangnya,”
            Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan demikian dalam waktu yang bersamaan ia harus mengemban 2 tugas utama yaitu mengajar dan mendidik. Keduanya sulit untuk dipisahkan salah satunya, sebagai keping satu mata uang. Sebagai contoh setelah guru menerangkan banyaknya pulau kita (bangsa Indonesia) memiliki, kekayaan dan kesuburan alam di Indonesia (segi mengajar) guru wawib berusaha mnginsakan peserta didik bahwa negara  lain banyak yang ingin menguasainya dan mengobarkan (membangkitkan) semangat peserta didik untuk membela tanah air inn=donesia sekaligus mengsyukur ats hal itu. Juga mengarahkan mereka untuk menjalin rasa persatuan dan kesatuan antar sesame warga/ bangsa indonesia , (segi mendidik)
            Secara garis besar persyaratan kepribadian guru dapat disimpulkan menjadi 3 kompetensi( kemampuan)
  • Kompetensi indifidual 
  • Kompetensi social 
  • Kompetensi professional.
4.        Faktor Metode
Metode adalah suatu kata kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai satu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaianya. Tetapi tidak ada satu metode pun yang di katakana paling baik/ dipergunakan bagi semua macam usaha pencapaian tujuan, baik tidaknya , tepat tidaknya satu metode di pengaruhi oleh berbagai factor. Faktor utama yang menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai.
            Metode mengajar/pengajaran, selain ditentukan/dipengaruhi oleh tujuan juga oleh factor kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya, keadaan peserta didik, dan situasi yang melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan suatu metode pengajaran harus memiliki:
  • Relevansi dengan tujuan 
  • Relevansi dengan bahan 
  • Relevansi dengan kemampuan guru 
  • Relevansi dengan keadaan peserta didik 
  • Relevansi dengan situasi pengajaran.
Secara umum metode-metode pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua:
  • Metode pengajaran individual 
  • Metode pengajaran kelompok/klasikal.
Adapun macam-macam metode itu sesungguhnya tidak terbatas banyaknya sekadar mengenal sebagian metode, dibawah ini penulis sebutkan sebagian dari banyak metode.
  • Metode ceramah/persentasi/kuliah mimbar 
  • Metode diskusi (dengan segala jenisnya)
  • Metode Tanya jawab 
  • Metode resitasi/penugasan 
  • Metode experiment 
  • Metode proyek 
  • Metode karya wisata 
  • Metode-metode lainnya.

5.        Faktor Situasi
Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, keadaan guru, keadaan kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggu karena penggunaan suatu metode.
            Diantara keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan, dan ada yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Pada umumnya dlam menetapkan suatu metode, selalu metode yang dianggap terbaik dan diperkirakan memenuhi saegala perhitungan yang digunakan, sedangkan factor situasi kurang dipertimbangkan. Hal ini seharusnya tak sebaiknya terjadi.
            Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, kita (guru) dapat menyediakan alternative metode-metode mengajar dengan mengingat kemungkina-kemungkinan perubahan situasi. Situasi pengajaran yang kondusif (mendukung) sangat menentukan dan bahkan menjadi salah satu indicator terciptanya interaksi pengajaran, yang edukatif sifatnya.
            Terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan oleh perubahan secara tiba-tiba diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara-cara/metode-metode yang akan digunakan. Ketrampilan berimprovisasi dan kesigapan mengambil keputusan sungguh sangat diperlukan dalam situasi demikian. Kita tidak boleh tertegun atau terhenti sehingga tidak ada usaha sedikitpun untuk melaksanakan program dalam rangka mencapai tujuan, karena bukan saja akan merusak seluruh rencana pengembangan program melainkan juga merusak perkembangan peserta didik itu sendiri.

6.        Faktor sumber pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan , tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik . Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses interaksi edukatif.

7.        Faktor alat dan peralatan
Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua yaitu :
  • Alat Nonmaterial, yang terdiri dari suruhan , perintah , larangan, nasihat dan sebagainya 
  • Alat material, yang  dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide dan sebagainya
8.        Faktor evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan
Tujuan evaluasi sendiri untuk  :
  • Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
  • Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat dan menilai metode mengajar yang dipergunakan.



1 komentar: