Interaksi Edukatif Dalam Proses Pembelajaran
A. Dasar-dasar Pembelajaran dan Interaksi Edukatif dalam Proses
Pembelajaran
Dasar-dasar interaksi belajar yang
dimaksud, yaitu hal-hal mendasar yang mesti diperhatikan dan menjadi
pertimbangan, dalam rangka melakukan interaksi dalam pembelajaran
Interaksi bersifat edukatif
Suatu interaksi dikatakan memiliki
sifat edukatif bukan semata ditentukan oleh bentuknya melainkan oleh tujuan
interaksi itu sendiri. “Interaksi dikatakan sebagai interaksi edukatif apabila
secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik
kearah kedewasaannya”.
Interaksi menghasilkan perubahan
tingkah laku
Dalam interaksi harus ada perubahan
tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar, dimana siswa sebagai subjek
belajar. Siswalah yang terutama menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar
mengajar dalam interaksi
Peran guru dalam proses interaksi
belajar mengajar
Peranan dan kedudukan guru yang
tepat dalam proses interaksi belajar mengajar, akan menjamin tercapainya tujuan
interaksi belajar mengajar. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar
mengajar antara lain: sebagai fasilitator, pembimbing, motivator,
organisatoris, dan sebagai sumber.
Interaksi sebagai proses belajar
mengajar
Pengajaran berintikan interaksi
antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar, proses belajar mengajar
merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan, dua hal yang
menyatukannya adalah interaksi tersebut. Belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa, sedang mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
R. Ibrahim mengemukakan bahwa Dalam
interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh mempengaruhi bukan hanya
guru yang mempengaruhi siswa tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru.
Pengaruh mempengaruhi tersebut tergantung pada strategi ataupun metode serta
pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar seperti apabila guru
mengajar dengan menggunakan strategi atau pendekatan exposition peranan lebih
aktif dimainkan oleh guru sedang siswa peranannya lebih pasif. Interaksi dalam
hal ini hanya terjadi antara guru dan siswa, sedangkan proses belajar mengajar
yang mengaktifkan siswa seperti belajar inkuiri, pemecahan masalah, dan
lain-lain, siswa berperan lebih aktif. Sehingga dalam hal ini siswa sebagai
subjek yang berinteraksi bukan hanya dengan guru tetapi dengan manusia-manusia
sumber yang lain.
Interaksi belajar membutuhkan sarana
Di dalam interaksi belajar mengajar,
harus mempertimbangkan alat, sarana dan media yang akan digunakan. Alat adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini alat utama yang dipakai dalam interaksi belajar mengajar memegang
peranan penting . Media apa yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar
tersebut, untuk menciptakan situasi kondisi interaksi belajar mengajar yang
tepat kita harus melihat media apa yang ada dan dapat digunakan serta tepat
dalam menunjang tercapainya tujuan secara efektif dan efisien
Bila
semua dasar-dasar interaksi belajar mengajar tersebut telah diperhitungkan
dalam mendasari pengajaran, maka diharapkan kegiatan dalam interaksi belajar
mengajar dapat berhasil.
Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang
satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni
untuk mencapai pengertian bersamaan yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam
kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi
yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai
tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
Pendidikan dan pengajaran adalah
salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada
perubahan tingkah laku menuju ke dewasaan anak didik. Pestalozzi mengatakan
bahwa makna dan tujuan pendidikan itu adalah Hifle Zur Selbshilfe, artinya
pertolongan untuk pertolongan diri.
Pengajaran merupakan proses yang
berfungsi membimbing para pelajar/siswa di dalam kehidupan, yakni membimbing
mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh
para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik
individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Guru dibutuhkan untuk membimbing,
memberi bekal yang berguna. Ia sebagai guru harus dapat memberikan sesuatu
secara dikdatis, dengan tugasnya menciptakan situasi interkasi edukatif. Guru
tidak cukup hanya mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan dijabarkan dan
diajarkan pada siswa, tetapi juga harus mengetahui dasar filosofis dan
diktatisnya, sehingga tetapi juga harus mengetahui dasar filosofi dan
dikdatisnya, sehingga mampu memberikan motivasi di dalam proses interaksi
dengan anak didik. Dalam hal ini sekaligus harus memahami metodologinya.
Kemudian
secara rinci dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara
lain :
1. Ada tujuan yang ingin dicapai
2. Ada bahan/pesan yang menjadi isi
interaksi
3. Ada pelajaran yang aktif mengalami
4. Ada guru yang melaksanakan
5. Ada metode untuk mencapai tujuan
6. Ada situasi yang memungkinkan proses
belajar-mengajar berjalan dengan baik.
Ada penilaian terhadap hasil
interaksi.
Pendidikan dapat dirumuskan dari
sudut normative, karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu
peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan,
pendidik (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran, norma
hidup, kesusilaan yang semuanya merupakan summer norma di dalam pendidikan.
Pendidikan dapat pula dirumuskan
dari sudut proses teknis, yakni terutama dilihat dari segi peristiwanya.
Peristiwa dalam hal ini merupakan suatu kegiatan praktis yang berlangsung dalam
satu masa dan terikat dalam satu situasi serta terarah pada satu tujuan.
Peristiwa tersebut adalah satu rangkaian kegiatan komunikasi antarmanusia,
rangkaian kegiatan yang pengaruh mempengaruhi. Satu rangkaian perubahan dan
pertumbuhan intelek dan pertumbuhan sosial. Pendidikan merupakan himpunan
cultural yang sangat kompleks yang dapat digunakan sebagai perencanaan
kehidupan manusia.
Proses belajar-mengajar akan
senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur dua unsur
manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang
mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara
siswa dengan guru, dibutuhkan
komponen-komponen pendukung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri
interaksi edukatif.
Edi
Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar
mengajar sebagai berikut :
- Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu.
- Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus
- Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
- Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
- Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing
- Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin
- Ada batas waktu.
Komponen-Komponen Pengajaran
Pengajaran adalah suatu sistem,
artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang
berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan
keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Adapun
komponen-komponen tersebut meliputi :
1. Tujuan pendidikan dan pengajaran
2. Peserta didik atau siswa
3. Tenaga kependidikan khususnya guru,
4. Perencanaan pengajaran sebagai suatu
segmen kurikulum
5. Strategi pembelajaran
6. Evaluasi pengajaran.
Proses pengajaran ditandai oleh
adanya interaksi antara komponen.
Pendidikan adalahsuatu proses dalam
rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuiakan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat.
Nilai-nilai
tujuan dalam pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut :
- Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran.
- Tujuan pendidikan memberian motivasi kepada guru dan siswa
- Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa.
- Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan
- Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/teknik penilaian guru terhadap hasil belajar siswa.
- Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat kita bagi menjadi empat tingkatan/jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu
- Tujuan pendidikan nasional
- Tujuan lembaga pendidikan
- Tujuan kurikuler
- Tujuan mengajar dan belajar
Tujuan Pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional adalah
umum dari sistem pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan jangka panjang dan
sangat luas dan menjadi pedoman dari semua kegiatan/usaha pendidikan di negara
kita. Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam menentukan tujuan sekolah
dan tujuan kurikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan nonformal. Dengan
kata lain, tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman dari seluruh kegiatan dan
lembaga pendidikan di negara kita.
Dalam sistem pendidikan nasional (UU
RI No. 2 tahun 1989) dikemukakan, bahwa pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (depdikbud, 1989).
Tujuan Lembaga Pendidikan
Dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional yang umum sekolah dasar hendaknya mencapai tujuan atau target sebagai
berikut:
- Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar mengenal kewajiban dan haknya sebagai manusia Pancasila sesuai dengan maksud ketetapan MPRS. No. XXVII/66 dan perbuatan selarasa dengan pengetahuan dan pengertian itu
- Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar memiliki salah satu keterampilan atau kecakapan khusus yang merupakan bekal hidupnya dalam masyarakat dan dengan demikian dapat berdiri sendiri dan menyumbangkan kecakapannya bagi pembinaan masyarakat adil dan makmur.
- Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar, memiliki dasar ilmu pengetahuan yang kukuh dan keprigelan penggunaannya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Demikian
setiap lembaga pendidikan memiliki tujuannya sendiri dan berbeda dengan tujuan
lembaga pendidikan lainnya.
B.
Faktor-Faktor
Interaksi
Faktor-faktor yang
mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah sebagai berikut.
- Faktor tujuan
- Faktor bahan/materi/isi
- Faktor guru dan peserta didik
- Faktor metode
- Faktor situasi
Sebagaimana diketahui bahwa proses
pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian
Kegiatan komunikasi
antar subjek didik guru dan peserta didik. Komunikasi antar dua subjek ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya; tujuan, bahan, guru dan peserta
didik, metode dan situasi, dan sebagainya. Namun penulis memandang bahwa kelima
factor yang akan dijabarkan berikut ini merupakan faktor pokok dan penting
untuk mendukung terjadinya peristiwa pengajaran yang dalamnya akan muncul suatu
bentuk interaksi pengajaran yang edukatif sifatnya.
1.
Faktor
Tujuan
Terdapat beberapa
istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus, baik yang bersifat akhir
maupun terminal/intermedier/sementara.
Ada istilah aims dikonotasikan sebagai
tujuan yang paling umum bersifat luas dan paling akhir. Aims sebagai suatu
statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia menjadi
pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan. Rumusan aims meliputi didalamnya 3
unsur pokok.
·
Pertanyaan umum
mengenai nilai
·
Keamanan usaha
diarahkan
·
Saran penyesuaian jika
terdapat hal lain yang berubah.
John
Dewey menyarankan, jika suatu aims dirumuskan
maka ada tiga hal yang mesti diperhatikan
- Faktor relevan dengan situasi
- Bersifat tentative, artinya harus fleksibel dan dapat di ubah sesuai perkembangan kebutuhan
- Hendaknya meningkatkan aktivitas-aktivitas
Goals,
sebuah istilah yang lebih nyata dan sering disebut tujuan umum. Goals merupakan penjelasan yang lebih
rinci yang berpijak dari dasar pemikiran utama aims. Dalam menetapkan rumusan
tujuan khusus, maka kita berhubungan dengan dua hal yaitu “kesesuaian” dan “kegunaan”
istilah “kesesuaian” menunjukan bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan
dan masalah yang dihadapi. Sesuai pula dengan apa yang dikehendaki oleh tujuan
yang ada di atas yaitu tujuan umum goals.
Tujuan
pendidikan/pengajaran yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada
tiga jenis :
- Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan
- Tujuan efektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai, dan alasan
- Tujuan psikomotorik, tujuan yang berkaitan dengan keterampilann menggunakan telinga, tangan, mata, alat indra, dan sebagainya.
Tiga syarat utama untuk terwujudnya
interaksi pengajaran yang edukatif, adalah:
- Merumusakan tujuan, menyempitkan lapangan tujuan umum ke dalam bentuk yang tampak pada tingkah laku peserta didik;
- Mengkhususkan tujuan;
- Memfungsional tujuan, bahwa tujuan yang diharapkan nyata berguna bagi perkembangan peserta didik.
2.
Faktor
Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan bahan oleh
guru seyogyanya mengarah pada spesifik/ takhasus atas ilmu kecakapan yang
diajarkanya. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu , maka guru harus mampu
menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan di ajarkanya kedalam
bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan. Penyusunan unsure-unsur atau
informasi-informasi yang baik itu bukan saja untuk mempermudah peserta didik
untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagai
petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.
Isi bahan pengajaran
itu luas sekali dan berbeda dalam tinggi rendah serta sukar mudahnya. Macamnya
pun banyak. Karenanya , sebelum menentukan bahan study pengajaran yang akan di
pelajari oleh peserta didik perlu di adakan pilihan terlebih dahulu. Pilihan
itu biasanya berdasarkan pada pedoman –pedoman tertentu agar keseluruhan bahan
yang telah di tentukan itu teratur dan mencerminkan suatu hal yang integral
bagi hidup peserta didik selama di sekolah sekarang, dan sesudahnya. Yang
menentukan pedoman tersebut ialah pihak Depdikbud.isi pedoman yang di maksud
adalah di sekitar kesesuaian bahan pengajaran dengan tujuan institusional,
tujuan kurukulum, tujuan pengajaran, serta tujuan pendidikan pada umumnya dan
haluan Negara . selain itu , bahan pengajaran pula harus disesuaikan dengan
tingkatan jenjang pendidikan, tahap perkembangan jiwa dan jasmani peserta didik
serta kebutuhan-kebutuhan yang ada pada mereka.
3.
Faktor
Guru Dan Peserta Didik
Guru dan peserta didik adalah dua
subjek dalam berinteraksi pengajaran. Guru sebagai pihak yang berinisiatif awal
untuk penyelenggaraan pengajaran, sedankan peserta didik sebagai pihak yang
secara langsung mengalami dan mendapatkan manfaat dari peritiwa belajar
mengajar yang terjadi. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan
yang telah di tentukan, sedang peserta didik ialah sebagai yang menuju pada
arah tujuan melalui aktifitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan
sebagai sumber belajar atas bimbingan guru. Jadi kedua pihak ( guru dan peserta
didik) menunjukan sebagai dua subjek pengajaran yang sama-sama menempati status
yang penting.
Kemudian untuk menjadikan perofesionaltas kerja guru setidaknya ia
memiliki 4 bidang utama.
- Guru harus mengenal setiap peserta didik yang dipercayakan kepadanya
- Guru harus memiliki kecakapan member bimbingan, sebab mengajar hakekatnya membimbing.
- Guru harus memiliki dasar penetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan / pengajaran
- Guru harus memiliki pengetahuan bulat dan baru mengenai ilmu yang di ajarkan.
Dalam rangka menemban
tugas profesionalitas kepengajaranya oleh siti meichati, M.A, didasarkan agar”
guru memberikan perhatian dan kesenangan kepada peserta didik untuk belajar dan
mendorong mereka untuk berfikir, punya rasa simpati, jujur,adil, bersedia
menyesuaikan diri dan memperhatikan orang lain ( peserta didik) menguasai
bidangnya,”
Peran guru adalah ganda,
disamping ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan
demikian dalam waktu yang bersamaan ia harus mengemban 2 tugas utama yaitu
mengajar dan mendidik. Keduanya sulit untuk dipisahkan salah satunya, sebagai
keping satu mata uang. Sebagai contoh setelah guru menerangkan banyaknya pulau
kita (bangsa Indonesia) memiliki, kekayaan dan kesuburan alam di Indonesia (segi mengajar) guru wawib berusaha mnginsakan peserta didik bahwa negara lain banyak yang ingin menguasainya dan
mengobarkan (membangkitkan) semangat peserta didik untuk membela tanah air
inn=donesia sekaligus mengsyukur ats hal itu. Juga mengarahkan mereka untuk
menjalin rasa persatuan dan kesatuan antar sesame warga/ bangsa indonesia ,
(segi mendidik)
Secara garis besar
persyaratan kepribadian guru dapat disimpulkan menjadi 3 kompetensi( kemampuan)
- Kompetensi indifidual
- Kompetensi social
- Kompetensi professional.
4.
Faktor
Metode
Metode adalah suatu
kata kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai
satu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaianya.
Tetapi tidak ada satu metode pun yang di katakana paling baik/ dipergunakan
bagi semua macam usaha pencapaian tujuan, baik tidaknya , tepat tidaknya satu
metode di pengaruhi oleh berbagai factor. Faktor utama yang menentukan metode
adalah tujuan yang akan dicapai.
Metode
mengajar/pengajaran, selain ditentukan/dipengaruhi oleh tujuan juga oleh factor
kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya, keadaan peserta
didik, dan situasi yang melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan suatu metode
pengajaran harus memiliki:
- Relevansi dengan tujuan
- Relevansi dengan bahan
- Relevansi dengan kemampuan guru
- Relevansi dengan keadaan peserta didik
- Relevansi dengan situasi pengajaran.
Secara umum metode-metode pengajaran
dapat diklasifikasikan menjadi dua:
- Metode pengajaran individual
- Metode pengajaran kelompok/klasikal.
Adapun macam-macam
metode itu sesungguhnya tidak terbatas banyaknya sekadar mengenal sebagian
metode, dibawah ini penulis sebutkan sebagian dari banyak metode.
- Metode ceramah/persentasi/kuliah mimbar
- Metode diskusi (dengan segala jenisnya)
- Metode Tanya jawab
- Metode resitasi/penugasan
- Metode experiment
- Metode proyek
- Metode karya wisata
- Metode-metode lainnya.
5.
Faktor
Situasi
Yang dimaksud situasi
adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian
ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, keadaan guru, keadaan
kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggu
karena penggunaan suatu metode.
Diantara
keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan, dan ada yang tidak dapat
diperhitungkan sebelumnya. Pada umumnya dlam menetapkan suatu metode, selalu
metode yang dianggap terbaik dan diperkirakan memenuhi saegala perhitungan yang
digunakan, sedangkan factor situasi kurang dipertimbangkan. Hal ini seharusnya
tak sebaiknya terjadi.
Terhadap
situasi yang dapat diperhitungkan, kita (guru) dapat menyediakan alternative
metode-metode mengajar dengan mengingat kemungkina-kemungkinan perubahan
situasi. Situasi pengajaran yang kondusif (mendukung) sangat menentukan dan
bahkan menjadi salah satu indicator terciptanya interaksi pengajaran, yang
edukatif sifatnya.
Terhadap
situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan oleh perubahan secara
tiba-tiba diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai
cara-cara/metode-metode yang akan digunakan. Ketrampilan berimprovisasi dan
kesigapan mengambil keputusan sungguh sangat diperlukan dalam situasi demikian.
Kita tidak boleh tertegun atau terhenti sehingga tidak ada usaha sedikitpun
untuk melaksanakan program dalam rangka mencapai tujuan, karena bukan saja akan
merusak seluruh rencana pengembangan program melainkan juga merusak
perkembangan peserta didik itu sendiri.
6.
Faktor
sumber pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak
sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada
kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan
, tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Didalamnya ada sejumlah nilai yang
disampaikan kepada anak didik . Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya,
tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses interaksi
edukatif.
7.
Faktor alat
dan peralatan
Alat dan peralatan adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat
tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha
mencapai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua yaitu :
- Alat Nonmaterial, yang terdiri dari suruhan , perintah , larangan, nasihat dan sebagainya
- Alat material, yang dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide dan sebagainya
8.
Faktor
evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik
dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat dilakukan
oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes
perbuatan, tes tertulis dan tes lisan
Tujuan evaluasi sendiri untuk :
- Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
- Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat dan menilai metode mengajar yang dipergunakan.
terimaksih. karya tulis ini sangat membantu saya
BalasHapus